Berita, Naraya News - Sekitar lima orang Suku Baduy jero (Baduy dalam) yang merupakan utusan Tangtu Tilu mendatangi Kasepuhan Bayah pada tanggal (4/9/21). Mereka berjalan kaki selama dua hari dari Kampung Cikeusik untuk melakukan ritual Selamet Leuweung (semacam ritual menyelamati hutan) disekitar kawasan Gunung Madur, Gunung Kembang dan Karang Bokor yang berada di wilayah Kasepuhan Bayah. Lokasi itu termasuk salah satu hutan titipan masyarakat adat Baduy, selain Gunung Liman yang sebelumnya sempat viral akibat penambangan emas liar yang merusak. Tangtu Tilu merupakan sebutan untuk tiga kepala kampung di Baduy jero, yaitu Kampung Cikeusik, Cikertawana dan Cibeo.
Menurut Ayah Asid yang merupakan salah satu dari lima orang Suku Baduy jero itu mengatakan kedatangannya tersebut bertujuan untuk bertemu dengan Kasepuhan Bayah terkait leuweung titipannya yang berada di wilayah Kasepuhan Bayah. Masyarakat Baduy jero menginginkan agar leuweung titipan bisa tetap aman dan kembali seperti semula. Orang Baduy percaya jika kawasan tersebut dirusak dan diganggu, maka bencana akan datang. Bencana itu bukan hanya menimpa masyarakat adat Baduy saja, melainkan berdampak juga pada keberlangsungan hidup masyarakat adat di Kasepuhan Bayah yang pada akhirnya akan berpengaruh buruk terhadap kehidupan umat manusia di bumi.
“Saat ini, kondisi hutan di sekitar leuweung titipan tersebut memang sudah kritis karena wilayah itu masuk dalam Perum Perhutani, Perkebunan Gunung Madur, serta areanya PT Cemindo Gemilang. Kasepuhan Bayah mengalami kesulitan mengurus wilayah adat ini karena dikuasai oleh pihak lain yang mendapat izin dari pemerintah,” ucap Kang Iwan yang merupakan Juru Basa Kasepuhan Bayah seperti yang dikutip dari aman.or.id.
Menurut sejen Aliansi Masyarakat Ada Nusantara (AMAN) Rukka Sombolinggi, wilayah adat yang ditinggali oleh masyarakat adat Baduy itu merupakan hasil keberpihakan Presiden Gus Dur terhadap masyarakat adat dengan mendesak pemerintah Kabupaten Lebak yang kala itu untuk membuat Perda. No 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy.
“Ini adalah kesempatan bagi Presiden Jokowi (Joko Widodo) untuk membuktikan keberpihakan terhadap Masyarakat Adat, terutama Baduy Jero. Jadi, tidak sekadar menggunakan pakaian adat pada upacara-upacara kenegaraan,” ucap Rukka.
Reporter : Tim Liputan Naraya News