Setiap hari, masyarakat disajikan pemberitaan yang ugal-ugalan. Pemberitaan yang tidak enak untuk didengar dan dilihat. Capek, ya tapi mau bagaimana lagi? Kebijakan yang ditetapkan pemerintah selalu memiliki alasan, yang KATANYA demi kebaikan bersama. EMANG IYA? Ahh sudahlah. Pada akhirnya, masyarakat yang menilai dan merasakan dampaknya.
Sejak Prabowo Subianto resmi menjabat sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia, kritik dari generasi muda terhadap kebijakan pemerintahannya mengalir deras. Dalam waktu singkat, berbagai polemik muncul di tengah masyarakat. Mulai dari kasus pagar laut di Tangerang, kelangkaan gas elpiji 3 kilogram, hingga kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pada beberapa sektor tertentu.
Banyak masyarakat terkena dampaknya, kehilangan mata pencaharian, dan bahkan pegawai honorer mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Salah satu kasus yang ramai diperbincangkan adalah pemangkasan tenaga honorer di Radio Republik Indonesia (RRI). Seorang penyiar, Aliniza, menjadi viral setelah mengungkapkan dilema yang ia rasakan, "Anak-anak dijanjikan makan siang gratis, sementara orang tua mereka justru kehilangan pekerjaan."
Tak hanya sektor ketenagakerjaan, dunia pendidikan pun terkena imbasnya. Kebijakan efisiensi anggaran menyebabkan banyak mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP-K) terancam tidak bisa melanjutkan pendidikan. Dari total 844.174 mahasiswa penerima KIP-K, sebanyak 663.821 orang diprediksi tidak akan mendapatkan dana bantuan pada tahun 2025. Jika ini terjadi, ribuan mahasiswa harus menghadapi kemungkinan putus kuliah karena keterbatasan biaya.
Dalam menghadapi situasi ini, muncul fenomena di kalangan anak muda yang dikenal dengan gerakan #KaburAjaDulu. Gerakan ini lahir dari kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah, membuat banyak pemuda berpikir untuk meninggalkan Indonesia dan mencari masa depan yang lebih baik di luar negeri. Salah satu Menteri pada Kabinet saat ini yakni Bahlil Lahadalia, malah mempertanyakan tentang nasionalisme anak muda yang memilih pindah ke luar negeri. Alhasil, pernyataan tersebut menimbulkan perdebatan di luar sana.
Negara lagi keruh banget, sampai bingung harus kawal yang mana. Pertanyaannya sekarang, apakah cita-cita Indonesia Emas benar-benar akan terwujud, atau justru kita sedang menuju Indonesia Cemas?
Penulis : Masyarakat Indonesia