Ilmu Komunikasi sering dikira sebagai jurusan yang "jagonya ngobrol," pintar public speaking, dan paling paham cara berkomunikasi dengan baik. Tapi ironisnya, banyak mahasiswa Ilmu Komunikasi justru sering mengalami miskomunikasi. Kenapa bisa begitu? Apakah ini cuma stereotip, atau memang ada penjelasan logis di balik fenomena ini?
- Overthinking dalam Menganalisis Pesan
Mahasiswa Ilmu Komunikasi terbiasa menganalisis pesan, baik verbal maupun nonverbal. Akibatnya, mereka jadi overthinking saat mencoba memahami maksud orang lain. Misalnya, saat menerima chat singkat seperti "Oke." atau "Terserah.", mereka langsung bertanya-tanya: "Ini nadanya negatif nggak ya?" atau "Dia pasif-agresif nggak sih?" Padahal, bisa jadi temannya memang cuma malas ngetik panjang.
2. Terlalu Banyak Teori, Kurang Praktek
Di kelas, mahasiswa Ilmu Komunikasi belajar berbagai teori komunikasi, dari model Shannon & Weaver, Uses and Gratifications, hingga konsep komunikasi interpersonal. Sayangnya, teori tanpa praktik sering bikin mereka bingung di situasi nyata. Mereka tahu bagaimana komunikasi seharusnya berjalan, tapi ketika harus berhadapan langsung dengan orang lain, teori itu nggak selalu bisa diterapkan dengan mudah.
3. Beragamnya Gaya Komunikasi
Ilmu Komunikasi mencakup banyak bidang, seperti jurnalistik, periklanan, dan hubungan masyarakat. Gaya komunikasi pun beragam: promosi ala advertising, lugas ala jurnalistik, atau diplomatis seperti PR. Kadang, perbedaan gaya ini bikin miskomunikasi, karena penyampaian pesan yang nggak selalu sesuai dengan konteks atau lawan bicara.
4. Terlalu Fokus pada Makna, Lupa Konteks
Dalam Ilmu Komunikasi, ada konsep bahwa makna sebuah pesan bisa berbeda tergantung penerimanya. Tapi, mahasiswa sering terlalu sibuk mencari “makna tersembunyi” dan lupa melihat konteks yang lebih luas. Misalnya, saat dosen bilang "Silahkan diskusi dulu dengan teman-teman.", mereka sibuk menebak apakah ini kode untuk "Jangan tanya saya dulu" atau sekadar instruksi biasa.
5. Ekspektasi yang Terlalu Tinggi
Karena kuliah di Ilmu Komunikasi, banyak yang berekspektasi mereka selalu lancar berbicara, bisa menjelaskan sesuatu dengan jelas, dan menghindari miskomunikasi. Padahal, mereka juga manusia biasa yang bisa salah paham, gugup saat bicara, atau bingung menyusun kata-kata. Ekspektasi ini justru bisa membuat mereka makin terbebani dan malah jadi ragu-ragu saat berkomunikasi.
Miskomunikasi di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi bukan sesuatu yang aneh. Justru, ini bukti bahwa komunikasi itu bukan cuma soal teori, tapi juga keterampilan yang terus diasah. Miskomunikasi bukan berarti gagal, tapi bagian dari proses belajar komunikasi yang sebenarnya.