Mengenal Sosok Rosa Luxemburg, "Sang Elang" Revolusioner

Ilustrasi gambar/socialistalternative
"Di dunia, kita semua setara, berbeda secara manusiawi dan sepenuhnya berhak akan kebebasan", Rosa Luxemburg.

Tokoh, Naraya News - Rosa Luxemburg merupakan teoris, filsuf, ekonom dan sosialis revolusioner. Ia lahir di Zamosc, Polandia pada tanggal 5 Maret 1871 sebagai anak bungsu dari lima bersaudara. Ia wafat pada tanggal 15 Januari 1919 di Berlin, Jerman. Pada saat umur dua setengah tahun, Rosa ikut keluarganya pindah ke Warsawa. Di masa kecilnya, Rosa mempunyai kondisi fisik yang lemah dan sering sakit. Tetapi dengan kondisi yang seperti itu, tidak meredupkan semangat revolusioner Rosa.

Dilansir dari berbagai sumber, pada usia 13 tahun, Rosa didaftarkan ke sekolah menengah khusus perempuan di Warsawa. Rosa dikenal oleh gurunya sangat pandai berpidato dan menulis esai. Dirinya juga bukan hanya fasih menggunakan bahasa Rusia yang dijadikan bahasa wajib, melainkan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Rosa pernah bercita-cita sebagai seorang botanis, meski takdir mengantarnya sebagai seorang ekonom dan Marxis. Botani adalah suatu ilmu yang mempelajari tumbuh-tumbuhan.

Satu tahun sebelum lulus, Rosa mendaftarkan dirinya ke Partai Proletariat. Kegiatan politiknya terendus oleh guru-gurunya, walaupun bergerak di bawah tanah. Karena itulah meski prestasi akademiknya bagus, pada saat wisuda 1887 Rosa gagal mendapatkan medali emas untuk siswa paling berprestasi, alasannya adalah Rosa menunjukkan sikap berontak kepada otoritas. Kemudian selepas wisuda, Rosa dan kawan-kawannya semakin aktif berpolitik. Bisa kita bayangkan, Rosa gadis yang baru berusia 16 tahun mempertaruhkan nyawanya dengan para aktivis organisasi terlarang. Organisasi Proletariat dikenal sangat disiplin, radikal dan militan. Tujuannya juga bukan hanya kumpul-kumpul meminum kopi sambil diskusi tentang teori politik mutakhir saja, melainkan bagaimana cara menumbangkan kekuasaan kaisar yang tiranis dan membangun masyarakat demokratis sosialis dengan kekuatan politik massa sebagai basis.

Menurut Ludwik Warynski yang merupakan pemimpin sosialis Polandia saat itu, menunjukkan pemikirannya tentang apa yang memisahkan posisi demokrasi sosial dengan posisi gerakan sosialis lainnya adalah konsepsinya tentang transformasi masyarakat modern menjadi masyarakat sosialis. Bagi demokrat sosial, peralihan ke masyarakat sosialis merupakan hasil dari tahapan perkembangan masyarakat modern, bukan upaya dari penggulingan kekuasaan politik lewat kekerasan. Perebutan kuasa politik atas masyarakat kekerasan hanya mungkin terjadi apabila terkait secara organik dengan tahapan perkembangan masyarakat kapitalis itu sendiri. Dengan kata lain, masyarakat kapitalis merupakan objektif untuk revolusi sosialis, sedangkan kelas pekerja yang sadar adalah faktor subjektifnya.

Posisi demokrasi sosial lain yang mengemuka di dalam pemikiran Warynski menurut Rosa adalah "pembebasan kelas pekerja hanya bisa diraih oleh kelas pekerja itu sendiri" sehingga hanya kelas pekerja saja yang bisa memikul beban revolusi sosialis, menenggak kediktatoran proletariat dan ini merupakan sebuah langkah niscaya dalam peralihan menuju sosialisme. Setelah mengutip pemikiran Warynski, Rosa menambahkan kesimpulan bahwa landasan demokrasi sosial bagi aktivitas politik bergantung kepada konsepsi perjuangan sosialis mestilah perjuangan massa proletariat yang meliputi perjuangan sehari-hari mendemokratisasi institusi-institusi negara, peningkatan taraf intelektual dan material kelas pekerja dan mengorganisasi massa kelas pekerja ke dalam partai politik tertentu yang secara sadar menempatkan dirinya melawan keseluruhan masyarakat borjuis di dalam perjuangannya demi revolusi sosialis.

Rosa Luxemburg menolak segala bentuk perjuangan terorisme politik yang terbungkus demokrasi sosial, hal itu berkaitan sebagaimana yang dianut oleh Proletariat Pertama dan Kedua yang kemudian menjadi benih revolusioner ke dalam pemikiran Rosa. Hal ini melahirkan sosok revolusioner, Rosa Luxemburg.

"Sang Elang", itulah julukan yang diberikan oleh Lenin kepada Rosa Luxemburg. Tidak ada teman seangkatan Lenin yang disanjung begitu tinggi seperti Rosa. Seluruh kehidupan Rosa sendiri didedikasikan untuk membersihkan dunia dari penindasan manusia atas manusia. Salah satu yang patut dipelajari dari Rosa adalah tentang perjuangan gigihnya dalam melawan tendensi reformisme yang berkembang di dalam Partai Demokrat Soial Jerman (SPD). Bila sosialisme mengandung tesis utama bahwa kapitalisme memiliki kontradiksi-kontradiksi yang tidak dapat diselesaikan dan terus menyeret masyarakat ke dalam krisis, maka reformisme percaya bahwa kapitalisme bisa diperbaiki menjadi kapitalisme humanis, kapitalisme yang baik, yang bebas dari krisis dan penindasan. Tidak heran jika sejak jauh-jauh hari, para founding father seperti Sutan Sjahrir, Tan Malaka, maupun Kasman Singodimedjo menyarankan kita agar mempelajari dan bertauladan kepada Rosa Luxemburg.




Penulis : Amsky
Lebih baru Lebih lama